Sampai hari ini ditengah-tengah kita masih saja terjadi sesama umat
Islam saling menghujat, saling menyesatkan dan saling mengkafirkan.
Bahkan ironisnya yang sesat dianggap perbedaan biasa, yang perbedaan biasa dianggap sesat. Terbolak balik.
Hal ini kalau dibiarkan akan menjadi bibit permusuhan dan perpecahan.
Jadi jangan mimpi kita bisa bersaudara kalau kita satu sama lainnya
saling mengkafirkan. Jangan mimpi kalau kita bersaudara kalau kita
satu sama lainnya saling menyesatkan. Mustahil kita bisa bersaudara
kalau antara kita satu sama lainnya saling menghujat, saling
menyesatkan, saling mengkafirkan. Ini musibah bagi umat Islam.
Innalillahi wa inailahi roji’un.
Karena itu saya sangat prihatin terbit sebuah buku dengan judul
“Mulia dengan manhaj salaf”. Judulnya bagus betul. Diterbitkan oleh
pustaka At Taqwa, Yang menulis Yazid bin Abdul Qodir.
Kenapa saya prihatin dengan kehadiran buku ini. Kalau kita buka pada
bab yang ketigabelas yaitu bab yang terakhir. Disini penulis
menyebutkan firqoh-firqoh sesat dan menyesatkan. Yang nomor delapan
disebutkan Asy’ariah. Yang nomor sembilan disebut Maturidiyah.
Kemudian yang nomor empat belas atau yang nomor tiga belas Shufiyah,
ahli tasawuf. Yang nomor empat belas Jama’ah Tabligh. Yang nomor lima
belas Ikhwanul Muslimin. Yang nomor tujuh belas Hizbut Tahrir. dan
nomor dua puluh tujuhnya Jaringan Islam Liberal.
Jadi Asy’ariyah, Maturidiyah, ini yang merupakan representatif,
mewakili Ahlussunnah wal Jama’ah dimasukkan dalam satu kelompok dengan
kalangan liberal yang notabene sesat menyesatkan.
Bahkan dengan mudahnya dia katakan Jama’ah Tabligh dan Ikhwanul
Muslimin juga masuk firqoh sesat. Apakah yang semacam ini tidak
memecah belah umat ?
Jadi kalau penulis ini ingin menyebarluaskan pahamnya, silahkan itu
urusan dia. Kalau dia meyakini akidah yang dipercayainya merupakan
aqidah yang benar, ttu urusan dia. Kalau dia merasa pendapatnya adalah
pendapat yang paling benar, itu urusan dia. Tapi kalau dia
mengkafirkan kelompok-kelompok umat Islam dari saudara-saudara kaum
musliminnya dia tidak punya hak.
Buku-buku semacam ini memecah belah umat. Kalau pengarang ini merasa
bahwa Wahhabi adalah ajaran yang paling benar, silahkan. Dia
menamakan dirinya pengikut Salafi atau di Indonesia lebih dikenal
dengan nama istilah Wahhabi. Kalau dia merasa Salafi Wahhabi paling
benar, hak dia. Kalau dia merasa paling suci, hak dia. Kalau dia
merasa paling lurus, hak dia. Tapi dia tidak punya hak untuk sesat
menyesatkan, kafir mengkafirkan sesama umat Islam.
Apalagi umat Islam dari kalangan Asy’ari dan Maturidi yang sudah
1200 tahun lebih secara representatif mewakili Ahlussunnah wal
Jama’ah. Wahhabi baru lahir kemarin, terus ingin mengkafirkan ASy’ari.
Memang selama ini 1000 tahun yang disebut Ahlussunnah itu siapa?
1000 tahun lebih yang disebut Ahlussunnah itu adalah Asy’ari dan
Maturidi. Wahhabi tidak masuk daftar. Baru muncul belakangan, sudah
ingin sesat menyesatkan umat Islam yang tidak sepakat dengan mereka.
Innalillahi wainailahi rojiun.
Anda perlu ketahui kalau kelompok Wahabi merasa akidah yang
diajarkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal yang terbaik, itu hak mereka.
Tapi mereka harus tahu bahwa ulama-ulama dari Mazhab Syafi’i dan
Maliki, mayoritas mereka mengikuti akidah Asy’ariah dan ulama-ulama
dari mazhab Hanafi, mayoritas mereka mengikuti akidah Maturidiah.
Jadi kalau mereka mengkafirkan atau menyesatkan Asy’ariah dan
Maturidiah berarti ulama-ulama yang jumlahnya ratusan ribu bahkan
juta’an orang semenjak mazhab-mazhab itu lahir sampai saat ini berarti
ulama-ulama mazhab Syafi’i , Mazhab Maliki, Mazhab Hanafi semuanya
sesat, kafir. Innalillahi wainnailahi roji’un.
Tidak boleh begitu. Kita ingin berikan nasehat kepada penulis buku
ini atau yang menerbitkannya atau yang mendukung daripada
penyebarluasannya. Ittaqullah, takutlah kepada Allah.
Jangan sembarangan mengkafirkan saudara-saudaramu. Tidak boleh kita
sembarangan mengkafirkan Ahli Kiblat. tidak boleh saudara, kita hanya
boleh mengkafirkan yang sudah nyata-nyata kafir.
0 komentar:
Posting Komentar