Kamis, 22 Agustus 2013
Senin, 19 Agustus 2013
syair Al Habib Idrus bin Salim Aljufri merespon detik-detik proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945
ini adalah syair Al Habib Idrus bin Salim Aljufri ketika merespon detik-detik proklamasi kemerdekaan RI, tanggal 17 Agustus 1945
(beliau Ulama Sepuh, pendiri ratusan pesantren al-Khairat Palu,
dinobatkan sbg Pahlawan Nasional setahun lalu,demikianlah Sambutan Para
Ulama sepuh atas Kemerdeka'an Negeri kita tercinta ini serta lahirnya
NKRI)
راية العز رفرفي في سمآء * أرضها وجبالها خضرآء
Berkibarlah bendera kemuliaan di angkasa * daratan dan gunung-gunungnya hijau
إن يوم طلوعها يوم فخر * عظمته الأبآء والأبنآء
Sungguh hari kebangkitannya adalah hari kebanggaan * orang-orang tua dan anak-anak memuliakannya
كل عام يكون لليوم ذكرى * يظهر الشكر فيها والثنآء
Tiap tahun hari itu menjadi peringatan * muncul rasa syukur dan pujian-pujian padanya
كل أمة لها رمز عز * ورمز عزنا الحمراء والبيضآء
Tiap bangsa memiliki simbol kemuliaan * dan simbol kemuliaan kami adalah merah dan putih
يا سوكارنو حييت فينا سعيدا * بالدواء منك زال عنا الدآء
Wahai Sukarno! Engkau telah jadikan hidup kami bahagia * dengan obatmu telah hilang penyakit kami
أيها الرئيس المبارك فينا * عندك اليوم للورى الكميآء
Wahai Presiden yang penuh berkah untuk kami * engkau hari ini laksana kimia bagi masyarakat
باليراع وبالسياسة فقتم * ونصرتم بذا جائت الأنبآء
Dengan perantara pena dan politikmu kau unggul * telah datang berita engkau menang dengannya
لا تبالوا بأنفس وبنين * في سبيل الأوطان نعم الفدآء
Jangan hiraukan jiwa dan anak-anak * demi tanah air alangkah indahnya tebusan itu
خذ إلى الأمام للمعالي بأيدي * سبعين مليونا أنت والزعمآء
Gandengkan menuju ke depan untuk kemuliaan dengan tangan-tangan * tujuh puluh juta jiwa bersamamu dan para pemimpin
فستلقى من الرعايا قبولا * وسماعا لما تقوله الرؤسآء
Pasti engkau jumpai dari rakyat kepercayaan * dan kepatuhan pada apa yang diucapkan para pemimpin
واعمروا للبلاد حسا ومعنى * وبرهنوا للملا أنكم أكفآء
Makmurkan untuk Negara pembangunan materil dan spiritual * buktikan kepada masyarakat bahwa kamu mampu
أيد الله ملككم وكفاكم * كل شر تحوكه الأعدآء
Semoga Allah membantu kekuasaanmu dan mencegahmu * dari kejahatan yang direncanakan musuh-musuhi
Minggu, 18 Agustus 2013
HORMAT BENDERA MERAH PUTIH HORMAT HARGA DIRI BANGSA, BUKAN SYIRIK DAN BID’AH
(Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya)
Ada Fatwa ulama wahabi demikian :
Tidak boleh bagi seorang muslim berdiri untuk memberi hormat kepada
bendera dan lagu kebangsaan. Ini termasuk perbuatan bid’ah yang harus
diingkari dan tidak pernah dilakukan pada masa Rasulullah shallallaahu
’alaihi wa sallam ataupun masa Al-Khulafaaur-Raasyiduun radliyallaahu
’anhum. Ia juga bertentangan dengan tauhid yang wajib sempurna dan
keikhlasan di dalam mengagungkan hanya kepada Allah semata serta
merupakan sarana menuju kesyirikan.Di samping itu, ia merupakan bentuk
penyerupaan terhadap orang-orang kafir, mentaqlidi tradisi mereka yang
jelek, serta menyamai mereka dalam sikap berlebih-lebihan terhadap para
pemimpin dan protokoler-protokoler resmi. Padahal, Nabi shallallaahu
’alaihi wa sallam telah melarang kita berlaku sama seperti mereka atau
menyerupai mereka.
(Fataawa Al-Lajnah Ad-Daaimah lil-Buhuts
wal-Ifta’ hal. 149 melalui kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah
fil-Masaailil-’Ashriyyah min Fatawa ’Ulama Al-Baladil-Haram oleh Khalid
Al-Juraisy)..
Mari kita simak Penjelasan Ketua Jam’iyyah
Ahlith Thariqah Al Mutabaroh An Nahdliyyah (JATMAN) Maulana Al-Habib
Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya - Pekalongan.
Merah putih, bukan hanya sekadar warna dari bendera Indonesia. Tetapi
memiliki makna yang tinggi bagi kebanggaan dan kewibawaan bangsa. Maka
wajib hukumnya untuk dihormati.
”KALAU TIDAK MAU HORMAT PADA BENDERA MERAH PUTIH, SILAHKAN ENYAH DARI INDONESIA,”
Fanatisme terhadap Indonesia, lanjutnya, mutlak dimiliki oleh segenap
umat Islam Indonesia. Jangan hanya janji yang diucapkan tetapi buktikan,
kalau jiwa dan raga kita rela dikorbankan untuk Indonesia. ”Sangat aneh
kalau hormat bendera merah putih dikatakan musyrik, syirik. Mereka
tidak mengerti makna musyrik dan syirik, artinya perlu memperdalam lagi
belajar agama.
Kita tidak tahu hatinya orang lain, contohnya
memasang bendera merah putih saat akan memasang genting dikatakan
syirik, padahal itu ada sejarahnya, saat penjajahan dimana bendera merah
putih tidak boleh berkibar, ada strategi agar bendera tetap terpasang
salah satunya dengan memasang bendera bersama padi dan kelapa di wuwung,
setelah tiga hari baru ditutup dengan atap.
Harusnya,kita
malu pada para pendahulu kita yang telah menegakan Indonesia.
Kemerdekaan Indonesia bukanlah hasil dari hadiah. Tetapi melalui
perjuangan yang memakan banyak korban. ”Betapa tak terkira jumlahnya
syuhada bangsa yang telah mengorbakan jiwa raganya demi kemerdekaan
Indonesia.
Dikala kita sudah merdeka, kita tinggal mengisinya
dengan jalan membangun dan membangun bangsa sesuai dengan posisi dan
keahlian masing-masing. Kita harus merenung, bagaimana nasib sebutir
nasi yang kita makan. Tidak serta merta ada, tetapi banyak tangan-tangan
yang terlibat di dalamnya.
Di awali dengan ahli bibit
mengadakan penelitian untuk menghasilkan bibit unggul, petani
mencangkul, ibu-ibu memanggul, juragan menawarkan kepada bakul-bakul,
lalu digiling di rice mill dengan meninggalkan bekatul, barulah beras di
tanak menjadi nasi. ”Sebutir nasi, perlu beribu-ribu tangan keihlasan
untuk dimakan sebagai sarana menyehatkan badan kita.
Kita belum
sadar, kalau laut yang begitu luas mengandung sikap dan sifat yang
bersahaja dan tetap teguh pada pendirian, tak tergoyahkan. Kendati laut
di kirimi air dari berbagai anak sungai tetapi tetap saja terasa asin.
Begitupun dengan ikan, meski hidup di laut yang berair asin, tetapi
tetap saja ikan tidak terasa asin bila di makan, kecuali kalau kita
kasihkan garam. ”Peneguhan pendirian mutlak diperlukan, tidak berarti
kolot dan mementingkan diri sendiri. Tetapi sebagai tekad mempertahankan
prinsip dan ketetapan Allah SWT.
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-68
MERDEKA !!!
Ada Fatwa ulama wahabi demikian :
Tidak boleh bagi seorang muslim berdiri untuk memberi hormat kepada bendera dan lagu kebangsaan. Ini termasuk perbuatan bid’ah yang harus diingkari dan tidak pernah dilakukan pada masa Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam ataupun masa Al-Khulafaaur-Raasyiduun radliyallaahu ’anhum. Ia juga bertentangan dengan tauhid yang wajib sempurna dan keikhlasan di dalam mengagungkan hanya kepada Allah semata serta merupakan sarana menuju kesyirikan.Di samping itu, ia merupakan bentuk penyerupaan terhadap orang-orang kafir, mentaqlidi tradisi mereka yang jelek, serta menyamai mereka dalam sikap berlebih-lebihan terhadap para pemimpin dan protokoler-protokoler resmi. Padahal, Nabi shallallaahu ’alaihi wa sallam telah melarang kita berlaku sama seperti mereka atau menyerupai mereka.
(Fataawa Al-Lajnah Ad-Daaimah lil-Buhuts wal-Ifta’ hal. 149 melalui kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah fil-Masaailil-’Ashriyyah min Fatawa ’Ulama Al-Baladil-Haram oleh Khalid Al-Juraisy)..
Mari kita simak Penjelasan Ketua Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mutabaroh An Nahdliyyah (JATMAN) Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya - Pekalongan.
Merah putih, bukan hanya sekadar warna dari bendera Indonesia. Tetapi memiliki makna yang tinggi bagi kebanggaan dan kewibawaan bangsa. Maka wajib hukumnya untuk dihormati.
”KALAU TIDAK MAU HORMAT PADA BENDERA MERAH PUTIH, SILAHKAN ENYAH DARI INDONESIA,”
Fanatisme terhadap Indonesia, lanjutnya, mutlak dimiliki oleh segenap umat Islam Indonesia. Jangan hanya janji yang diucapkan tetapi buktikan, kalau jiwa dan raga kita rela dikorbankan untuk Indonesia. ”Sangat aneh kalau hormat bendera merah putih dikatakan musyrik, syirik. Mereka tidak mengerti makna musyrik dan syirik, artinya perlu memperdalam lagi belajar agama.
Kita tidak tahu hatinya orang lain, contohnya memasang bendera merah putih saat akan memasang genting dikatakan syirik, padahal itu ada sejarahnya, saat penjajahan dimana bendera merah putih tidak boleh berkibar, ada strategi agar bendera tetap terpasang salah satunya dengan memasang bendera bersama padi dan kelapa di wuwung, setelah tiga hari baru ditutup dengan atap.
Harusnya,kita malu pada para pendahulu kita yang telah menegakan Indonesia. Kemerdekaan Indonesia bukanlah hasil dari hadiah. Tetapi melalui perjuangan yang memakan banyak korban. ”Betapa tak terkira jumlahnya syuhada bangsa yang telah mengorbakan jiwa raganya demi kemerdekaan Indonesia.
Dikala kita sudah merdeka, kita tinggal mengisinya dengan jalan membangun dan membangun bangsa sesuai dengan posisi dan keahlian masing-masing. Kita harus merenung, bagaimana nasib sebutir nasi yang kita makan. Tidak serta merta ada, tetapi banyak tangan-tangan yang terlibat di dalamnya.
Di awali dengan ahli bibit mengadakan penelitian untuk menghasilkan bibit unggul, petani mencangkul, ibu-ibu memanggul, juragan menawarkan kepada bakul-bakul, lalu digiling di rice mill dengan meninggalkan bekatul, barulah beras di tanak menjadi nasi. ”Sebutir nasi, perlu beribu-ribu tangan keihlasan untuk dimakan sebagai sarana menyehatkan badan kita.
Kita belum sadar, kalau laut yang begitu luas mengandung sikap dan sifat yang bersahaja dan tetap teguh pada pendirian, tak tergoyahkan. Kendati laut di kirimi air dari berbagai anak sungai tetapi tetap saja terasa asin.
Begitupun dengan ikan, meski hidup di laut yang berair asin, tetapi tetap saja ikan tidak terasa asin bila di makan, kecuali kalau kita kasihkan garam. ”Peneguhan pendirian mutlak diperlukan, tidak berarti kolot dan mementingkan diri sendiri. Tetapi sebagai tekad mempertahankan prinsip dan ketetapan Allah SWT.
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-68
MERDEKA !!!
Tidak boleh bagi seorang muslim berdiri untuk memberi hormat kepada bendera dan lagu kebangsaan. Ini termasuk perbuatan bid’ah yang harus diingkari dan tidak pernah dilakukan pada masa Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam ataupun masa Al-Khulafaaur-Raasyiduun radliyallaahu ’anhum. Ia juga bertentangan dengan tauhid yang wajib sempurna dan keikhlasan di dalam mengagungkan hanya kepada Allah semata serta merupakan sarana menuju kesyirikan.Di samping itu, ia merupakan bentuk penyerupaan terhadap orang-orang kafir, mentaqlidi tradisi mereka yang jelek, serta menyamai mereka dalam sikap berlebih-lebihan terhadap para pemimpin dan protokoler-protokoler resmi. Padahal, Nabi shallallaahu ’alaihi wa sallam telah melarang kita berlaku sama seperti mereka atau menyerupai mereka.
(Fataawa Al-Lajnah Ad-Daaimah lil-Buhuts wal-Ifta’ hal. 149 melalui kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah fil-Masaailil-’Ashriyyah min Fatawa ’Ulama Al-Baladil-Haram oleh Khalid Al-Juraisy)..
Mari kita simak Penjelasan Ketua Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mutabaroh An Nahdliyyah (JATMAN) Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya - Pekalongan.
Merah putih, bukan hanya sekadar warna dari bendera Indonesia. Tetapi memiliki makna yang tinggi bagi kebanggaan dan kewibawaan bangsa. Maka wajib hukumnya untuk dihormati.
”KALAU TIDAK MAU HORMAT PADA BENDERA MERAH PUTIH, SILAHKAN ENYAH DARI INDONESIA,”
Fanatisme terhadap Indonesia, lanjutnya, mutlak dimiliki oleh segenap umat Islam Indonesia. Jangan hanya janji yang diucapkan tetapi buktikan, kalau jiwa dan raga kita rela dikorbankan untuk Indonesia. ”Sangat aneh kalau hormat bendera merah putih dikatakan musyrik, syirik. Mereka tidak mengerti makna musyrik dan syirik, artinya perlu memperdalam lagi belajar agama.
Kita tidak tahu hatinya orang lain, contohnya memasang bendera merah putih saat akan memasang genting dikatakan syirik, padahal itu ada sejarahnya, saat penjajahan dimana bendera merah putih tidak boleh berkibar, ada strategi agar bendera tetap terpasang salah satunya dengan memasang bendera bersama padi dan kelapa di wuwung, setelah tiga hari baru ditutup dengan atap.
Harusnya,kita malu pada para pendahulu kita yang telah menegakan Indonesia. Kemerdekaan Indonesia bukanlah hasil dari hadiah. Tetapi melalui perjuangan yang memakan banyak korban. ”Betapa tak terkira jumlahnya syuhada bangsa yang telah mengorbakan jiwa raganya demi kemerdekaan Indonesia.
Dikala kita sudah merdeka, kita tinggal mengisinya dengan jalan membangun dan membangun bangsa sesuai dengan posisi dan keahlian masing-masing. Kita harus merenung, bagaimana nasib sebutir nasi yang kita makan. Tidak serta merta ada, tetapi banyak tangan-tangan yang terlibat di dalamnya.
Di awali dengan ahli bibit mengadakan penelitian untuk menghasilkan bibit unggul, petani mencangkul, ibu-ibu memanggul, juragan menawarkan kepada bakul-bakul, lalu digiling di rice mill dengan meninggalkan bekatul, barulah beras di tanak menjadi nasi. ”Sebutir nasi, perlu beribu-ribu tangan keihlasan untuk dimakan sebagai sarana menyehatkan badan kita.
Kita belum sadar, kalau laut yang begitu luas mengandung sikap dan sifat yang bersahaja dan tetap teguh pada pendirian, tak tergoyahkan. Kendati laut di kirimi air dari berbagai anak sungai tetapi tetap saja terasa asin.
Begitupun dengan ikan, meski hidup di laut yang berair asin, tetapi tetap saja ikan tidak terasa asin bila di makan, kecuali kalau kita kasihkan garam. ”Peneguhan pendirian mutlak diperlukan, tidak berarti kolot dan mementingkan diri sendiri. Tetapi sebagai tekad mempertahankan prinsip dan ketetapan Allah SWT.
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-68
MERDEKA !!!
Langganan:
Postingan (Atom)