Alquran
diturunkan kepada manusia yang memiliki sifat sebagai makhluk yang
memerlukan komunikasi. Oleh karena itu, Alquran memberikan tuntunan
berkomunikasi, khususnya berbahasa bagi manusia
“Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.. ” (QS. Ali Imran: 159)
Sifat lembut hati merupakan salah satu akhlak mulia dari Nabi S AW
seperti yang dikatakan Abdullah bin Umar: “Sesungguhnya, saya menemukan
sifat Rasulullah SAW dalam kitab-kitab terdahulu itu demikian :
Sesungguhnya tutur katanya tidak kasar, hatinya tidak keras, tidak suka
berteriak-teriak dipasar-pasar, dan tidak suka membalas kejahatan orang
dengan kejahatan lagi, namun dia memaafkan dan mengampuninya. ” (Tafsir
Ibnu Katsir II, hl.608)
Diriwayatkan Imam Mulim, Anas bin
Malik berkata: “Aku menjadi pembantu Rasulullah selama sepuluh tahun.
Belum pemah beliau berkata kasar kepadaku. Dan selama sepuluh tahun itu
belum pernah beliau berkata kepadaku: ‘Mengapa kamu melakukan ini?’ Dan
belum pernah beliau berkata: ‘Mengapa kau tidak lakukan sesuatu
sepeninggalku?’
Lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara himar.” (QS. Lukman: 19)
“Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah,
mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk
bertaqwa.” (QS. Al-Hujurat: 3)
“Maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada kedua orang tua perkataan `ah’ dan jangan kamu
membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
(QS. Al-Isra: 23).
Hati yang lembut dan jernih adalah bagian dari ciri orang yang bertakwa.
“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.
Dan Allah Mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. 3:134).
Artinya, “Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah
(kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada
rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. Dan
(sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada
orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada
orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”
Hadis
dari Abu Hurairah ra., beliau berkisah, “Ada seorang Badui kencing di
dalam masjid, kemudian orang-orang bangkit untuk memukulnya, namun Nabi
Shallallahu ‘alaihi Wassalam melarang mereka dan bersabda, ‘Biarkan dia,
tungkanlah pada kencing itu setimba air. Sesungguhnya aku diutus untuk
mempermudah, bukan mempersulit.” (HR. Bukhari).
“Yang dinamakan
orang kuat adalah bukan orang yang kuat bergulat. Orang yang kuat
adalah orang yang dapat menendalikan hawa nafsunya pada waktu marah.”
(HR. Bukhari-Muslim).
Santun berkomunikasi ini tentunya sangat
diperlukan lagi jika kita sering kontak dengan teman-teman. Apalagi
sebagai pengemban dakwah. Tutur kata yang santun itu akan memberikan
nilai tambah buat kita
Lemah lembut dalam bertutur kata dan bersikap, adalah bagian dari penghias komunikasi kita dengan orang lain.
Rasulullah saw. bersabda: “Ya Aisyah, berlaku lembutlah! Sesungguhnya
sifat lemah lembut itu dapat menjadi penghias dalam segala hal. Tanpa
sifat tersebut, maka segala sesuatu akan mengandung kekurangan.” (Dalam
kitab Penjelasan Kitab Sunan Abu Daud, hlm. 69
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan hal ini kepada ‘Aisyah-istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Lembut yang mencintai kelembutan dalam seluruh perkara.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
“Orang yang dijauhkan dari sifat lemah lembut, maka ia dijauhkan dari kebaikan.” (HR.Muslim)
“Sesungguhnya tadi aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian
tentang Lailatul Qadar, namun di tengah jalan si Fulan dan Fulan sedang
bertengkar mulut, maka dihapuskanlah (pengetahuan tentang itu). Semoga
(penghapusan) ini lebih baik bagi Anda sekalian. Telisiklah ia pada
malam ketujuh, kesembilan, dan kelima (terakhir bulan Ramadhan)” (H.R.
Al-Bukhari dari Ubadah bin Ash-Shamit)
Rasulullah hendak
memberikan kabar gembira mengenai waktu turunnya lailatul qadr secara
pasti, tetapi pengetahuan tentang ini dilupakan darinya karena mendengar
perdebatan. Berdebat tidak baik karena ia membuka kesempatan kepada
syaitan untuk turut melakukan provokasi didalamnya. Debat dapat
memunculkan fitnah, keraguan, menghapuskan amalan, mengeraskan hati,
melahirkan dendam, dll.
Arena yang paling disukai setan adalah
permusuhan dimana tiap pihak berusaha untuk menunjukkan aib pihak lain
dan menyucikan dirinya sendiri, dan debat dijadikan saran untuk
memperoleh kemenangan semu.
Dengan meninggalkna debat, itu adalah
bukti kepercayaan kepada diri sendiri, keimanan pada manhaj, dan
keyakinan kepada Allah SWT.
Debat yang diperbolehkan adalah
dengan menggunakan argumentasi yang lebih baik dan santun. Bertahan
dengan cara yang baik dengan berdiskusi dan memaparkan argumentasi
secara santun, sembari meminta maaf dan memaafkan kesalahan ucap.
Al Quran 49:11. Hai orang2 yg beriman janganlah suatu kaum meng-olok2
kaum yg lain (karena) boleh jadi mereka (yg di-olok2) lebih baik dr
mereka (yg meng-olok2) dan jangan pula wanita2 (meng-olok2) wanita2 lain
(karena) boleh jadi wanita2 (yg diper-olok2kan) lebih baik dr wanita
(yg meng-olok2) & janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan
janganlah kamu panggil memanggil dg gelar2 yg buruk. Se-buruk2 panggilan
ialah (panggilan) yg buruk sesudah iman & barang siapa yg tidak
bertobat, maka mereka itulah orang2 yg dhalim.
0 komentar:
Posting Komentar