Selasa, 27 Agustus 2013

Al Qur'an yang santun

Alquran diturunkan kepada manusia yang memiliki sifat sebagai makhluk yang memerlukan komunikasi. Oleh karena itu, Alquran memberikan tuntunan berkomunikasi, khususnya berbahasa bagi manusia

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.. ” (QS. Ali Imran: 159)

Sifat lembut hati merupakan salah satu akhlak mulia dari Nabi S AW seperti yang dikatakan Abdullah bin Umar: “Sesungguhnya, saya menemukan sifat Rasulullah SAW dalam kitab-kitab terdahulu itu demikian : Sesungguhnya tutur katanya tidak kasar, hatinya tidak keras, tidak suka berteriak-teriak dipasar-pasar, dan tidak suka membalas kejahatan orang dengan kejahatan lagi, namun dia memaafkan dan mengampuninya. ” (Tafsir Ibnu Katsir II, hl.608)

Diriwayatkan Imam Mulim, Anas bin Malik berkata: “Aku menjadi pembantu Rasulullah selama sepuluh tahun. Belum pemah beliau berkata kasar kepadaku. Dan selama sepuluh tahun itu belum pernah beliau berkata kepadaku: ‘Mengapa kamu melakukan ini?’ Dan belum pernah beliau berkata: ‘Mengapa kau tidak lakukan sesuatu sepeninggalku?’

Lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara himar.” (QS. Lukman: 19)
“Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertaqwa.” (QS. Al-Hujurat: 3)

“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada kedua orang tua perkataan `ah’ dan jangan kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra: 23).

Hati yang lembut dan jernih adalah bagian dari ciri orang yang bertakwa.
“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah Mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. 3:134).

Artinya, “Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”

Hadis dari Abu Hurairah ra., beliau berkisah, “Ada seorang Badui kencing di dalam masjid, kemudian orang-orang bangkit untuk memukulnya, namun Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassalam melarang mereka dan bersabda, ‘Biarkan dia, tungkanlah pada kencing itu setimba air. Sesungguhnya aku diutus untuk mempermudah, bukan mempersulit.” (HR. Bukhari).

“Yang dinamakan orang kuat adalah bukan orang yang kuat bergulat. Orang yang kuat adalah orang yang dapat menendalikan hawa nafsunya pada waktu marah.” (HR. Bukhari-Muslim).

Santun berkomunikasi ini tentunya sangat diperlukan lagi jika kita sering kontak dengan teman-teman. Apalagi sebagai pengemban dakwah. Tutur kata yang santun itu akan memberikan nilai tambah buat kita

Lemah lembut dalam bertutur kata dan bersikap, adalah bagian dari penghias komunikasi kita dengan orang lain.
Rasulullah saw. bersabda: “Ya Aisyah, berlaku lembutlah! Sesungguhnya sifat lemah lembut itu dapat menjadi penghias dalam segala hal. Tanpa sifat tersebut, maka segala sesuatu akan mengandung kekurangan.” (Dalam kitab Penjelasan Kitab Sunan Abu Daud, hlm. 69

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan hal ini kepada ‘Aisyah-istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Lembut yang mencintai kelembutan dalam seluruh perkara.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
“Orang yang dijauhkan dari sifat lemah lembut, maka ia dijauhkan dari kebaikan.” (HR.Muslim)

“Sesungguhnya tadi aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang Lailatul Qadar, namun di tengah jalan si Fulan dan Fulan sedang bertengkar mulut, maka dihapuskanlah (pengetahuan tentang itu). Semoga (penghapusan) ini lebih baik bagi Anda sekalian. Telisiklah ia pada malam ketujuh, kesembilan, dan kelima (terakhir bulan Ramadhan)” (H.R. Al-Bukhari dari Ubadah bin Ash-Shamit)

Rasulullah hendak memberikan kabar gembira mengenai waktu turunnya lailatul qadr secara pasti, tetapi pengetahuan tentang ini dilupakan darinya karena mendengar perdebatan. Berdebat tidak baik karena ia membuka kesempatan kepada syaitan untuk turut melakukan provokasi didalamnya. Debat dapat memunculkan fitnah, keraguan, menghapuskan amalan, mengeraskan hati, melahirkan dendam, dll.

Arena yang paling disukai setan adalah permusuhan dimana tiap pihak berusaha untuk menunjukkan aib pihak lain dan menyucikan dirinya sendiri, dan debat dijadikan saran untuk memperoleh kemenangan semu.
Dengan meninggalkna debat, itu adalah bukti kepercayaan kepada diri sendiri, keimanan pada manhaj, dan keyakinan kepada Allah SWT.

Debat yang diperbolehkan adalah dengan menggunakan argumentasi yang lebih baik dan santun. Bertahan dengan cara yang baik dengan berdiskusi dan memaparkan argumentasi secara santun, sembari meminta maaf dan memaafkan kesalahan ucap.

Al Quran 49:11. Hai orang2 yg beriman janganlah suatu kaum meng-olok2 kaum yg lain (karena) boleh jadi mereka (yg di-olok2) lebih baik dr mereka (yg meng-olok2) dan jangan pula wanita2 (meng-olok2) wanita2 lain (karena) boleh jadi wanita2 (yg diper-olok2kan) lebih baik dr wanita (yg meng-olok2) & janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dg gelar2 yg buruk. Se-buruk2 panggilan ialah (panggilan) yg buruk sesudah iman & barang siapa yg tidak bertobat, maka mereka itulah orang2 yg dhalim.

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Gus Cholies Visit Original Post Islamic2 Template